-Flashback-
Ify bersama Sivia menelusuri Mall untuk sekedar refreshing ,melepas penat karena tugas-tugas kampus menumpuk dirumah. Ify sengaja meminta kepada Rio bahwa dirinya ingin menghabiskan waktu bersama sahabatnya, karena sudah lama sekali mereka nggak jalan bareng. Begitupun dengan Sivia.“Huh... masa Iyel tadi mau ikut kita? Ckckck cowok gue itu nggak bisa banget deh jauh-jauh dari gue.” Keluh Sivia bangga.
“Gitu Siv? Klo tau gitu tadi gue bakal ajak Rio, yah... itung-itung sekalian double date gitu lah.” respon Ify sambil melihat-lihat sekeliling mall.
“Emh.. iya juga ya! Tapi kan perjanjian kita jalannya cuma berdua? Kan udah lama kita nggak jalan berdua kayak gini semenjak kita punya cowok?”“Hehe, loe bener juga Siv, yaudah kita cari makan aja dulu yuk!” ajak Ify lalu mereka memasuki sebuah restoran bergaya jepang di dalam mall tersebut.
***
“Ya ampun, lama banget kita nggak kesini ya Siv!” kata Ify sambil menyantap sushi-nya.“Kita? Loe aja itu mah, gue ama iyel sering kok kesini.” Sahut Sivia sebelum meyeruput minumannya.
Baru Ify sadari,kalo selama ia pacaran dengan Rio, Rio tak pernah mengajaknya makan di tempat seperti ini. Tapi Ify merasa enjoy makan dimanapun asalkan bersama Rio. Ify yakin, bukannya Rio tak mampu membelikannya makanan yang cukup menguras dompet. Tapi karena Rio tidak terbiasa dengan makanan seperti ini. Selain Kuliah yang menjadi kesibukkan Rio, Rio juga bekerja sambilan di salah satu Apotik, katanya sambil menunggu dia mendapat gelar Dokter. Rio itu otaknya encer, dengan bermodal IQ tinggi itulah dia mendapat beasiswa untuk masuk ke Universitas ternama di Jakarta, satu kampus dengan Ify.
Sambil mengaduk-aduk minumannya, tak sengaja mata Ify menangkap sosok yang sangat ia rindukan. Alvin!
Ify menelan ludah, “Alvin? Bukannya dia kuliah di Aussie?” gumam Ify nyaring,Sivia celingak celinguk mencari sosok Alvin. Alvin yang duduk menyantap hidangannya dengan lahap.Sendiri!“Alvin mantan loe yang pernah loe ceritain itu Fy?” kata Sivia.
“Iya Siv,” pandangan Ify tetap pada Alvin. Sementara gadis berkacamata di depannya tersenyum sehingga kedua belah pipinya yang chubby mengeluarkan lesung pipit.“Kenapa loe senyum-senyum?” tanya Ify melihat sahabatnya itu tersenyum nggak jelas.
“Ganteng Fy, kenapa loe nggak samperin tuh cowok loe?eh, mantan loe maksud gue.” “Elah loe Siv, gue kan udah sama Rio, tega loe ya!” Ify kembali pada makanannya.“Becanda becanda, eh dia senyumin gue tuh Fy!” kata Sivia girang, Ify refleks mengalihkan pandangannya pada cowok Sipit itu lagi, dan akhirnya Alvin melihat Ify.
Tidak ada raut kekagetan dari wajah cowok itu, setelah ia menyeruput minumannya, kakinya ia langkahkan menuju meja nomor 23, meja Sivia dan Ify.“Hei, gue gabung ya!” katanya santai lalu duduk di sebelah Sivia berhadapan dengan Ify.
“Jangan macem-macem loe sama temen gue, dia udah ada yang punya tuh!” kata Ify sinis.“hehe.. gue nggak seburuk yang loe kira lagi Fy,sekarang gue udah berubah, gue bukan cowok yang tukang bikin cewek sakit hati. Oh iya apa kabar loe fy?”“Baik.” Ucap Ify singkat, namun di hatinya ia memikirkan kata-kata Alvin barusan, ‘Alvin berubah’.“ loe temennya Ify? Siapa nama loe?” Alvin beralih pada gadis Imut di sampingnya.“Sivia..” Sivia menyebut namanya dan menyambut uluran tangan Alvin. “Gue Alvin, mantannya Ify.” Kata Alvin santai. “Berdua aja kalian ? ”sambungnya Ify diam aja, tetapi Sivia yang merespon.“Iya kami cuma berdua,loe sendiri?”“Gue sendirian, bahkan di Jakarta ini nggak ada yang gue kenal selain Ify, keluarga gue semuanya di malang.” Sivia mengangguk-angguk.ify hanya mendengarkan Alvin bicara.“Gue denger dari cerita Ify, loe itu study di Aussie ya?” tanya Sivia lagi. Alvin tersenyum pada Ify yang menurutnya semakin manis dan cantik.“Ternyata Ify sering ceritain tentang gue ya? Pantes aja gue sering keselek.” Kekeh Alvin. Ify melebarkan matanya. Sivia tau dia juga terlibat karena telah membeberkan sifat Ify mengenai Alvin, dengan cara barusan bahwa Ify sering cerita tentang Alvin. Sivia berdiri dan meringis, “Gue ke toilet dulu ya! Permisi...“ setelah berkata begitu, Sivia langsung ngacir tanpa persetujuan Ify. Bukannya dia tipe sahabat yang nggak bertanggung jawab atas kesalahannya, tapi karena dia tidak ingin memperunyam masalah, misalnya Ify membantah perkataan Sivia tadi, Sivia mau gimana coba? Jadi lebih baik dia pergi dari tempat itu.
Ify menatap punggung Sivia yang terlihat tergesa-gesa. “Sivia..” gumam Ify setengah jengkel.“Fy,” panggil cowok didepannya, yang di panggil langsung menoleh. “Loe masih suka kangen gue ya Fy?” sambung Alvin dengan senyumannya yang menawan, dengan cepat Ify mengalihkan pandangannya supaya tidak takluk dengan senyum manis milik mantannya ini.“Hm, gue emang sering ceritain ke Sivia kalo loe itu mantan gue yang keren tapi nggak setia!” tukas Ify, matanya tak mau menatap ke arah Alvin. Ify mendengar Alvin mendesah.
“Tatap wajah gue Fy,” suruh Alvin, tak ada respon dari Ify, “Please Fy, sekali ini aja! Setelah itu kalo loe nggak mau natap gue, ato ketemu gue terserah, tapi untuk yang kali ini gue mohon.” Akhirnya Ify memberanikan diri untuk menatap wajah putih Alvin. Alvin tersenyum.
“Kamu tau, aku balik lagi ke Indonesia kenapa?” katanya, tubuhnya ia bungkukkan sedikit sehingga tepian meja itu tepat berada di antara perut dan dadanya. Alvin mulai berbicara dengan Ify menggunakan kata ‘Aku Kamu’ sudah bisa membuat Ify merasakan pasti akan ada apa-apanya.
“Aku kesini, Cuma mau tebus semua kesalahan Aku yang udah nyakitin kamu Fy. Aku tau dengan minta maaf aja, nggak bakal bisa buktiin betapa tulus aku pengen balikkan sama kamu.” Sambung Alvin, dengan pandangan tertancap pada kedua mata yang berada di depannya. Jantung Ify bedegub kencang di tatap orang yang dirindukannya ini. Satu-satunya hal yang harus di lakukannya saat ini juga adalah mengalihkan pandangannya dari Alvin, tapi nggak bisa, kerena kedua mata Alvin itu seperti menguncinya untuk tetap menatap mata cowok itu.
“Percaya sama aku Fy, Cuma kamu cewek yang ku mau biar bisa selalu ada buat aku.” Akhirnya Ify mengeluarkan sebuah senyuman untuk Alvin, senyum itu dari hati.
“Aku akan percaya sama kamu Vin, aku akan coba buka hatiku untuk bisa terima kamu lagi, tapi tolong jangan kamu ulangi lagi kesalahanmu itu.”
“Bener Fy?” Alvin girang. Ify membalas dengan anggukkan dan senyuman. “Makasih sayang...” kata Alvin lagi.“Satu lagi, jangan bilang kalo aku dan kamu balikkan lagi sama Sivia! ” amanat Ify, Alvin mengacungkan kedua ibu jarinya, tak lama Sivia pun datang dan bergabung kembali pada mereka.“Kalian kenapa?” tanya Sivia lalu duduk di kursinya.
“Nggak papa kok Sivia.” Sahut Alvin.
-Flashback end-
“Ganti apa aja boleeeeh” Jawab Cakka malas.
“Kka! Mending loe ambilin gue air hangat noh! Gue pusing!” kata Ify, sementara Rio merasa ada yang aneh. Cakka pun menuruti keinginan Ify tersebut, entah ada dorongan apa.
“Fy... kayaknya bener ada yang disembunyiin nih! Jujur dong sama Aku.” Desak Rio.
“Nggak ada sayang, Cakka itu ngelantur aja. Percaya sama aku.”
“Oke, aku percaya sama kamu, Fy aku pulang sekarang aja ya, kayaknya Cakka nggak seneng aku lama-lama di sini. Kamu cepet sembuh ya! Besok aku jemput kamu.” Ify mengangguk. Rio pun keluar dari rumah mewah milik keluarga Ify tersebut.
“Nih Kak!” Cakka menyodorkan segelas air hangat pada kakaknya.
“Gue nggak sangka, loe nekat banget ngomong kayak gitu di depan Rio. Dia otomatis bingung dengan omongan loe tadi Kka!”
“Ya loe juga sih, punya cowok pake dua.”
“Gue tau Kka gue salah, tapi nggak semestinya loe ngomong gitu!” Ify menghempaskan tubuhnya ke Sofa.
“Gue kasian sama Kak Rio, kalo gue jadi dia mending di putusin dari pada di duain!” kata Cakka, menusuk ke lubuk hati Ify, selama ini Ify tidak pernah memikirkan sampai kearah sana.
“Kak Alvin aja sering bilang sama gue, kalo sebenarnya dia juga nggak mau loe jadiin dia yang kedua!” sambung Cakka. Ify menoleh kearah adiknya itu.
“Kapan dia bilang gitu?”
“Sepuluh menit sebelum loe sama kak Rio datang,”
“Jadi tadi dia kesini?” Cakka mengangguk,
“Gue bilang aja loe jalan sama kak Rio.”Ify bangkit berdiri dan berlari ke lantai dua kamarnya
“Jangan loe sia-siain kak Alvin yang udah rela pindah kuliah kesini, Cuma untuk nebus kesalahannya.” Teriak Cakka, menurut Ify itulah point terpenting.
************************************
Bintang-bintang penghias langit serta bulan sabit di tengahnya, karya sang maha pencipta. Ify tak pernah bosan melihat benda langit favoritnya itu. Bulan dan bintang. Ify menyaksikan itu semua dari balkon kamarnya. Baginya,Rio itu bulan untuk penerang Ify, sedangkan Alvin penghias hati,Jiwa dan Raganya.
Tiba-tiba Ify teringat perkataan Cakka beberapa saat lalu, lama ia merenungi setiap kata demi kata adiknya itu. Cakka benar, Rio akan lebih sakit jika dia menduakannya, dan Alvin tak ingin menjadi yang kedua. Besok pagi, ify akan memutuskan hubungannya dengan Rio.
“Gue harus bisa percaya dan setia sama Alvin, dia udah mau berubah demi gue! Dan.. Rio, maafin aku.. tapi ini semua juga demi kamu, lebih baik aku ngaku kalo selama ini aku ngeduain kamu. Semoga kamu mendapatkan gadis yang lebih baik dari aku, semoga!” Ify bicara pada dirinya sendiri. Setelah itu dia kembali memasuki kamarnya, menutup pintu penghubung antara ruang kamar dan balkon. Tak lama ia berbaring mencari posisi yang nyaman. Ia pun terlelap.
***
Sesuai janjinya, Rio menjemput Ify untuk berangkat kuliah pagi ini. Sekarang ia bertengger di motornya menunggu Ify.Sementara yang ditunggu masih berada di kamar, menatap bayangan dirinya sendiri di cermin rias.
“Fy, lakukan apa kata hatimu.” Katanya kepada bayangan tersebut. Lalu menarik nafas dalam-dalam dan dengan gerakan cepat dia mengambil tas tangan yang berada di kasurnya, ia memastikan dirinya sekali lagi di cermin, merasa sudah puas dengan dandanan yang menurutnya natural, ia pun melangkah untuk turun kebawah.Rumah sepi, Bi karti sepertinya sedang ke depan kompleks membeli sayur, Cakka sudah pergi sekolah satu jam yang lalu, sedangkan Mami dan Papinya masih ada kegiatan di pulau kalimantan.
“Hai Yo,” sapa Ify , Rio membalas dengan senyum manisnya.
“Udah sembuh?”“Udah.. yuk berangkat!” Ify naik keboncengan Rio.
“Syukur deh...” gumam Rio.
Perempuan mana yang nggak mau sama cowok hitam manis ini? Yang sarat perhatian dan ketulusan. Cewek-cewek di kampus terkadang iri ama Ify. Seperti awal-awal mereka baru jadian.
-Flashback on-
“Ify kemana Ra?” tanya Rio saat di kantin pada Zahra teman Ify.
“Lah? Mana gue tau Yo, emangnya loe nggak jemput dia?” tanya Zahra balik.
“Tadi gue dari rumahnya, tapi dia nggak keluar-keluar, gue telponin nggak di angkat,gue pikir dia udah berangkat. Hm..Tapi bener loe nggak liat dia Ra?” Rio benar-benar panik, membuat sebagian orang yang berada di kantin pada menggumam.
“Apaan sih ntu Rio, kayak kehilangan apa aja!”
“Biasalah orang baru jadian,”
“Tapi nggak segitunya kale!”
“huee.. gue envy sama Ify, enak banget di peratiin cowoknya!” kalo yang sebelum-sebelumnya tadi nggak di denger sama Rio, tapi untuk yang satu ini jelas banget di kuping Rio, Rio menoleh sesaat ke arah cewek-cewek itu, tapi tidak berkata apa-apa.Karena pikirannya tetap terfokus sama Ify. Dimana pacarnya itu sebenarnya?
Begitu seterusnya, sampai pada hari ketiga ia menemukan Ify di halaman kampus bersama Sivia dan Agni.
“Fy!” panggilnya, Ify pun menoleh.
“Hey!” Ify berbalik, Rio langsung memeluknya. Ify spechless.
“Yo, kamu kenapa sih? Kok aneh banget gini?” sementara Sivia dan Agni yang posisinya saat ini di belakang Ify, bisa melihat Rio memejamkan matanya sambil merengkuh Ify erat.
“Aku kangen sama kamu, selama ini kamu kemana sih?” kata Rio, membuat darah Ify mengalir lebih cepat dari biasanya serta mukanya memerah merasakan sensasi hangat dalam tubuhnya. Semakin banyak mahasiswa-mahasiswi yang menyaksikan adegan pasaran di film, namun langka di nyata ini.
“Aku juga kengen sama kamu, selama beberapa hari ini aku dan Cakka ke kampung nenek aku, kami nemenin nenek di sana karena beliau sakit, dan di sana jaringan telfon kurang bagus jadi aku nggak bisa hubungin kamu, maaf Yo,” Rio melepaskan rengkuhannya lalu memegang lembut wajah Ify.
“Kalo kamu bener sayang sama aku, mestinya sebelum kamu pergi kamu bilang dulu ke aku. Aku khawatir sama kamu.” Ify membalas tatapan teduh itu dan tersenyum menyesal.
“Maaf Yo, lain kali aku akan ngasih kabar terlebih dulu ke kamu.”
Tatapan dari berpasang-pasang mata yang menyaksikan itu, mulai ramai ketika Septian bersiul lalu diikuti sorakkan dari berbagai penjuru di kampus tersebut, bahkan salah satu dosen sempat melihat kejadian tersebut, beliau hanya tersenyum melihat itu.
-Flashback end-
***
Tak sanggup rasanya Ify mengutarakan maksudnya mengajak Rio ke taman ini, Rio berkali-kali bertanya pada cewek di sampingnya ini. Setelah kurang lebih lima menit mereka duduk di sebuah kursi taman kampus, Akhirnya Ify berhasil mengumpulkan keberaniannya untuk berbicara.
“Yo, banyak yang bilang bahwa cinta itu nggak harus memiliki kan?” Ify menoleh pada Rio dengan tatapan nanar.
“Hm, ya!” kata Rio sambil mengangguk.
“Apa kamu rela kalo aku bahagia bersama orang yang aku cinta,” Rio mulai bisa menangkap sesuatu dari arah tujuan pembicaraan gadis sempurna di sampingnya ini.
“Kamu cinta seseorang Fy?” Tanya Rio. Dengan berat Ify mengangguk.
“Tiga bulan ini, statusku bukan hanya pacaran sama kamu Yo, melainkan Alvin mantan aku waktu SMA yang sempat nghianatin aku, sebenarnya dia itu kuliah di Aussie, tapi dengan setulus hatinya dia kembali ke Indonesia Cuma buat nebus semua kesalahannya, dan jujur memang aku masih sayang sama dia Yo, aku coba buka hati aku untuk dia dan...dan... hati itu terbuka lebar...” Ify menggigit bibir sambil menunuduk, tak berani menatap ke arah Rio.Hati Rio hancur tiada terkira mendengar perkataan Ify barusan, ia tak menyangka bahwa gadis yang dibanggakannya itu tega menghianati ketulusannya. Sakit..sakit hati Rio saat ini.
“Pertanyaan kamu di awal tadi, cinta tak harus memiliki.. berarti kamu mau hubungan kita putus?” tanya Rio lemah, ia menoleh kesamping, melihat lekukan wajah gadis itu dari samping.
“Bukannya aku nggak sayang lagi sama kamu, bukannya aku udah nggak mau jadi pacar kamu lagi,tapi....” belum selesai Ify menuntaskan omongannya, Rio memotongnya sambil memegang jemari-jemari Ify, yang mungkin nggak akan pernah di pegang lagi olehnya. Ify pun menoleh.
“Nggak usah bilang sayang, kalo memang kamu mau putusin aku, karena itu akan tambah bikin aku sakit Fy, aku bisa terima semua ini asal kamu bahagia sama cowok pilihan kamu.” Rio tersenyum manis, Ify membalas senyum Rio itu dengan kikuk.ia tahu, senyuman Rio itu hanya senyum palsu, jauh di dalam lubuk hatinya, pasti cowok itu menahan rasa perih di hatinya.
“Aku berharap cowok itu jauh lebih baik dari aku,semoga dia tulus sayang sama kamu seperti aku sayang sama kamu, dan aku minta satu hal sama kamu, ku harap kamu nggak keberatan sama permintaanku.”
“Apa Yo,?”
“Kalau kamu nggak bisa bahagia sama dia, kamu jangan kembali lagi sama aku, sekarang di antara kita nggak lebih dari sekedar teman kamu bisa terima itu kan?” Semburat keraguan terpancar dari wajah gadis itu,entah mengapa ia seperti tak rela menuruti permintaan Rio barusan.
“Aku anggap kediaman kamu itu adalah ‘iya’.” Putus Rio sambil berdiri dari duduknya. Ify mendongak ke arah Rio, setuju tidak setuju, Rio itu mengambil keputusan sepihak! Tapi mau bagaimana lagi?Rio mengulurkan tangannya, ia meminta Ify untuk menyambutnya. Ify pun menyambut dan berdiri di depan Rio.
“Terima kasih buat semuanya, pelukan hangatmu, ciumanmu... itu adalah kenangan paling indah buatku. Sebenarnya aku sadar, aku ini nggak pantas buat orang seperti kamu, cantik, dan keluargamu juga keluarga yang berada. Kita memang nggak pantas bersanding.” Rio meyapu wajah Ify lembut dengan mata teduhnya.
“Aku bukan melihat cowok Cuma dari sekedar materi, aku melihat cowok itu dari sifat dan sikapnya. Kamu baik Yo, tapi Alvin.... dia ingin mencoba lebih baik.” Ucap Ify, Rio hanya tersenyum.
“Dan jika... dia lebih dariiiku..lebih baik untukmu.. ku bisa terima... tapi bila... kau tak temukan bahagia.. kau harus bisa terima.. jangan kembali....” Senandung Rio sebelum pergi meninggalkan Ify yang masih terpaku di tempat itu.
***
“Loe putus sama kak Rio?” respon Cakka ketika Ify menceritakan kejadian kemaren di taman.
“Bagus deh, nggak kebayang kalo kak Alvin tau, loe udah mutusin kak Rio. Gitu dong Kak! Loe harus punya pilihan!”
“Tapi gue sedih Kka... Rio bilang kalo Alvin bisa lebih dari dia dan lebih baik untuk gue, dia bisa terima, tapi kalo gue nggak bisa bahagia sama Alvin, gue yang harus bisa terima karena dia nggak akan mau lagi terima gue jika suatu saat gue mau kembali sama dia.” Lirih Ify.
“Halah.. loe kok pesimis banget sih? Gue yakin kak Alvin jauuuuh lebih baik dari pada kak Rio! Nggak bakal deh loe di khianatin untuk yang kedua kalinya, dan masa depan loe lebih terjamin sama kak Alvin! Percaya deh sama gue!” ucap Cakka.
Ify itu heran sama Cakka adiknya, memang Cakka itu manja kalo sudah bersama Mami Papinya, tapi kalo yang dirumah Cuma mereka berdua, bertiga dengan bi karti, Cakka bisa berubah seratus delapan puluh derajat. Dia bisa jadi dewasa.
“Iya deh... gue percaya sama loe!” kata Ify sambil mengalungkan tangan kanannya ke leher Cakka yang sebenarnya sedikit lebih tinggi darinya.
***
“Rio? Kamu sakit?” kata seorang wanita paruh baya yang tengah sibuk menjahit. Ibu angkat Rio.
“Nggak Bu, Rio Cuma lagi mikir aja, Rio kerja di Apotik uangnya buat Ibu, tapi Ibu malah nggak mau terima uangnya?” Ibu itu tersenyum lalu melepas pekerjaannya dan berjalan kearah Rio.
“Uang itu kamu simpan saja untuk masa depan kamu nak,” Rio menghela nafas.
“Rio udah nggak punya cita-cita untuk di masa depan Bu, semua itu hancur! Selama ini cita-cita Rio adalah bikin Ibu bangga dan membalas semua kebaikkan Ibu, beribu terima kasih Rio ucapkan untuk Ibu, dengan cara Rio belajar yang benar dan akhirnya Rio bisa mendapat beasiswa yang mengkibatkan Rio bisa memilih Universitas di Jakarta ini. Ibu tau kan kalo Rio dari kecil pengen banget jadi Dokter?”
“itu semua untuk Ibu, tapi setahun yang lalu Rio bertemu sama Ify yang cantik, pintar, baik, dan nggak sombong meskipun dia terlahir dari keluarga kaya, dan mau menerima segala kekurangan Rio untuk menjadi pacarnya, Rio semakin ingin cepat-cepat meraih gelar Dokter itu. Tapi semua itu Rio rasa sia-sia, Ibu nggak pernah mau terima uang hasil kerja Rio, sementara Ify... dia memilih orang lain ketimbang Rio, jadi apa gunanya Rio kuliah dan kerja? Kalo untuk sekedar makan, Rio mungkin bisa jadi kuli atau apa.” Jelas Rio panjang lebar pada sang Ibu angkat.
“Sungguh rugi perempuan itu nak, dan betapa beruntungnya perempuan yang akan menjadi penggantinya disisimu kelak. Jangan pernah kamu menyia-nyiakan kesempatanmu nak, beberapa tahun lagi kamu akan menjadi dokter, sesuai dengan cita-citamu, Ibu yakin bukan hanya dia perempuan di dunia ini yang mampu mengambil hatimu, tapi banyak nak... percayalah jodoh itu tidak akan lari kemana.” Rio tersadar apa yang dikatakan ibu angkatnya itu memang benar, meskipun ia belum rela sepenuhnya melepaskan Ify tapi hati kecilnya mengatakan bahwa ada yang lebih baik dari Ify.
“Iya bu, Rio akan dengar perkataan Ibu, dan sekarang Rio bolehkan ngasih ini?” Rio mengeluarkan lagi amplop putih yang isinya uang hasil kerjanya di Apotik. demi menjaga perasaan Rio, ibu itu pun mengambilnya.
“makasih nak,” Rio memeluk sang Ibu dengan perasaan tulus, si Ibu pun membalas pelukkan itu.
***
Satu bulan kemudian, Ify dan Rio semakin merenggang, bahkan tak pernah lagi Sivia dan Iyel melihat mereka bersama,berdua!
“Fy, loe lagi ada masalah sama Rio?” tanya Iyel saat kampus bubar, mereka berempat duduk di undakkan tangga.
“Yel, gue sama Rio udah nggak ada hubungan apa-apa lagi! Kita udah putus.” Sahut Ify.
“Loh? Fy? Lo serius?” tanya Sivia meyakinkan. Ify mengangguk lemah.
“Sejak kapan? Dan.. apa sebab kalian putus?”
“Sebulan yang lalu, karena...karena... gue punya pilihan lain..” kata Ify ragu, temannya saling bertatapan, pasalnya mengapa mereka nggak pernah tau, padahal sudah sebulan?sebulan! dan alasan Ify yang meyatakan bahwa dirinya memiliki pilihan lain.
“Fy... loe! Loe nggak bersyukur punya Rio yang notabene cowok setia dan tulus sama loe?” Iyel tampak geram, meskipun cowok bernama Gabriel ini nggak deket sama yang namanya Mario, tapi dia sebagai laki-laki tau seberapa besar cinta cowok itu pada temannya ini,Ify.
“Iya. Gue tau Rio tulus cinta sama gue, tapi ada yang lebih tulus lagi di banding Rio.” Ify membela diri agar tidak di salahkan oleh Iyel akibat ketidak bersyukurannya menjadi pacar Rio.
“Maksud loe cowok sipit yang sering jalan sama loe belakangan ini?” tebak Iyel.Ify langsung menoleh kearah cowok itu.
“Loe? Sering liat gue jalan?” tanya Ify.
“Secara nggak sengaja, gue Fikir itu Cuma temen loe, tapi yang kemaren gue liat dia kok mesraaaaa banget ya?
“Mesra?loe liat dimana?” Ify bingung, seingat Ify, dia nggak pernah mesra-mesraan di depan umum, paling jika dia sedang dirumah itu pun paling Cuma sekedar pegangan tangan,bersandar di bahu Alvin, atau paling banter ya kissing. Kissing aja paling baru satu kali selama mereka pacaran.(semoga nggak termasuk hitungan frontal)
“Gue liat di Cafe kemaren, bukan sama loe tapi.” Jawab Iyel malas. Hati Ify seperti tergetar. Antara pecaya dan tidak.
“Gue rasa loe salah pilih Fy, Rio memang yang terbaik buat loe.”“Bentar bentar, cowok yang kalian maksud itu Alvin ya?” Sivia yang sedari tadi hanya mendengarkan, kini mengumpat ke dalam pembicaran tersebut.
“Iya Siv, Gue balikkan lagi sama Alvin sejak kita makan di Mall beberapa waktu lalu.” Aku Ify.
“Ya Ampun Fy... jadi?ckckck.. loe masih percaya aja sama dia?” Sivia berdecak tak percaya.
“Hm.. gimana pun juga, dia udah rela balik ke Indonesia Cuma untuk gue!”“gue nggak mungkin ngada-ngada Fy,tapi semoga seceptnya loe bisa tau sendiri.” Iyel menepuk pundak Ify sembari berdiri menarik tangan pacarnya alias Sivia.
“Sekarang gue sama Sivia balik duluan ya, Yuk Siv!” Sivia terbingung-bingung dengan sikap Iyel, namun akhirnya ia berdiri juga dan menuruni setiap undakkan tangga besar itu setelah sebelumnya pamit pada Ify.
“Yel? Kok buru-buru banget sih?” tanya Sivia, mereka berdua sudah ada di parkiran khusus mobil.
“Kamu nggak liat tadi ada Rio?” Sivia mengerutkan keningnya dan menggeleng.
“Aku ngerasa Rio pengen ngomong sesuatu ke Ify, jadi lebih baik kita tau dirikan dengan cara membiarkan mereka berdua?” Sivia akhirnya mengerti.
“Ya udah, sekarang masuk Yuk! Aku antar kamu pulang!” ajak Iyel. Sivia pun masuk ke mobil milik Iyel tersebut.Jauh dari dugaan Iyel, ternyata Rio tidak mendekati Ify, dia hanya melihat Ify dari jauh yang terlihat sedang memikirkan sesuatu.
“Ren Aren,” panggil Rio pada cewek blasteran yang lewat tepat didepannya.
“Manggil gue?”
“Iya, tolong loe kasih ini buat Ify, please..” mohon Rio.
“Oh.. okedeh!”
“Sip! Makasih ya!” Rio pun berlari turun dengan cepat.
***
Fy... seperti janji kita, meskipun kita udah nggak ada hubungan lagi, kita tetep sebagai teman kan? Malam ini, aku punya kejutan buat kamu, datang ya ke Cafe RFM jam tujuh malam.
Itulah isi surat yang dititip kan oleh Rio melalui Aren siang tadi.
“Kejutan? Rio mau kasih kejutan apa ya?” gumam Ify sekali lagi. Hm... yang pasti sih ini nggak bakal biasa, soalnya Rio ngasih taunya lewat tulisan tangan, bukan melalui Sms.
Diam-diam Ify merasa senang, tapi dia bingung nanti malam mau ngajak Alvin apa enggak? Ify mondar mandir sambil memegang ponsel nya. Akhirnya di kontaknya juga sang pacar.Tedengar nada tunggu, tak lama ada sahutan dari seberang sana.
“Halo? Ada aapa Fy? Aku lagi sibuk banget nih...”
“Oh.. emh.. nggak, nggak papa, Cuma mau tanya ntar malam mau nemenin aku kan? Aku dapat undangan nih!”
“Hm... liat aja entar.”
“Ya udah deh Vin, aku tunggu kabar dari kamu aja.”
“Hm.. kalo memang aku nggak bisa nemenin, nggak papa kan kalo kamu pergi sendiri?”
“Oke nggak papa!”
“Ya udah say, telponnya aku tutup dulu ya! Nggak enak soalnya aku lagi ada di acara resmi.” Terdengar suara Alvin dari seberang sana semakin mengecil. Terutama pada kata ‘say’
“Ya iya.. bye!”
“Bye”
Sambungan telfon pun terputus. ‘masa gue sendiri sih?apa gue ajak Cakka aja ya?’ batin Ify.
***
“Ngapain sih loe mau ngadirin acara yang di buat Rio?” tanya Cakka jutek.
“Namanya juga diundang Kka.. nggak enak dong kalo gue nggak datang,”
“Tapi Kak, kak Rio itu mantan loe! Bisa gawat urusannya kalo sampai kak Alvin tau loe masih berhubungan sama Kak Rio!” Cakka semakin ngotot.
“Kalo nggak mau nemenin juga nggak papa kok, masih mending gue ajak loe biar loe bisa ngawasin gue!” kata Ify sambil berlalu keluar dari kamar Cakka.
“Kak Ify!” panggil Cakka.ify menoleh karena ia baru sampai di depan pintu kamar Cakka.
“Okkey gue temenin, satu jam lebih awal kita udah ada di sana!” sambung Cakka, Ify mengacungkan ibu jarinya sambil tersenyum.
***
Seperti keinginan Cakka, mereka sudah berada di Cafe RFM pukul 18.00. entah mengapa si Cakka mengajaknya berangkat satu jam lebih awal.
“Aduh Kka... kenapa sih loe ngajak gue berangkat lebih awal begini?” tanya Ify gemas.
“Um.. nggak tau sih Kak, gue pengen aja!” ucap Cakka jujur.“Dasar aneh Loe!”
“Haha.. gue ke toilet bentar ya! Biasa, panggilan alam.” Tanpa menunggu jawaban dari kakaknya, Cakka langsung melesat menuju toilet.
Ify memilih untuk memesan minuman, yang lumayan bisa menghilangkan kehausannya untuk sementara. Sambil melirik panggung kecil di depannya, Ify yakin pasti akan ada penampilan dari salah satu kelompok Band.Cakka nampak pucat pasi melihat adegan yang di luar dugaannya, melihat seseorang laki-laki yang sangat ia kenal sedang memeluk perempuan yang tak di kenalnya. Perasaan kesal muncul di hati kecil Cakka, dengan tergesa dia kembali ke meja nomor 6, dan duduk di sebrang kakaknya yang terhalang oleh meja.
“Kak, gue.. gue nggak nyangka kalo selama ini...” Cakka nampak ragu melanjutkan perkataannya, Ify mengerutkan kening,
“Apa Kka? Ngomong yang jelas dong..” kata Ify lembut, ia tau bahwa adiknya ini sedang kalut.
“Kak...Kak Alvin.... ngianatin loe..” Akhirnya Cakka menuntaskan perktaannya.
“Yang bener Kka?”
“Gue nggak tau pasti, tapi.... loe liat itu!” Cakka menunjuk meja nomor 12, terlihat dua anak manusia cewek dan cowok , Si cowok alias Alvin menarik kursi,mempersilahkan perempuan itu untuk duduk.wajah Ify memerah menahan amarah. Alvin dan cewek cantik,tinggi dan putih itu duduk sambil berkata,
“Terima kasih sayang.” Keduanya nampak asik, bercanda, tertawa pokoknya bisa di bilang mesra.Perlahan Ify mengusap cairan bening yang mulai keluar dari matanya yang sayu. ‘apa ini ada hubungannya sama acara yang dibuat Rio?’ batinnya. Cakka merasa bersalah saat ini, ia menunduk dalam-dalam,jari-jarinya ia sibukkan menyusuri tepi meja. Dia tak ingin melihat kekecewaan kakakknya. Orang yang selama ini ia percaya untuk kakaknya itu, ternyata malah.... selingkuh dalam tanda kutip “lagi”.
“Kak..” Cakka memberanikan diri menatap wajah Ify. Ify menoleh dengan pipi masih di basahi oleh air mata sakit hatinya, dan dengan terisak halus.
“Kak, jangan nangis kak, please... karena kalo loe nangis berarti kesalahan gue semakin banyak sama loe.” Kata Cakka.
“Kesalahan loe?apa maksud loe Kka?” suara Ify pelan dan kurang jelas karena isakkannya. Cakka menarik nafas.
“Pertama, loe gue ajak kesini satu jam lebih awal dari permintaan Rio, coba kalo tadi kita nggak datang cepat, pasti nggak bakal kita ngeliat ini semua.” Ify hanya mendengarkan Cakka, menurut Ify, yang pertama ini bukan kesalahan Cakka.
“dan yang kedua... loe pasti nyadarkan kalo Gue selama ini selalu ngedukung loe biar sama kak Alvin, dan gue pengen ngejauhin loe dari kak Rio?” Ify masih mendengarkan kalimat-kalimat Cakka.
“Gue ngerasa bersalah kak, dulu gue sering ngadu ke Mami Papi, kalo kak Rio itu sering bikin loe nangis dan sering jahatin loe! Makanya mereka nggak setuju sama hubungan loe.” Kata Cakka lirih, sementara Ify mulai bersuara.
“Kka..?” kata Ify nggak percaya.
“Rio kan nggak pernah nyakitin gue sedikit pun, tapi.. tapi kenapa loe bikin berita palsu kayak gitu? Gue kecewa sama loe!” Pandangan Ify beralih pada kedua orang yang sudah membuat hati Ify terbakar api cemburu.
“Makanya, gue ngaku salah... banyak kesalahan gue yang loe nggak tau kak!” kata Cakka semakin terdengar lirih.
“ada berapa banyak lagi Kka? Cerita sama gue! Biar gue makin kecewa sama loe!” kata Ify tajam. Sambil menyaksikan adegan Alvin yang dengan lembut membersihkan wajah gadis di depannya dengan tissue.
“Semenjak Kak Alvin kuliah di Aussie, dia sering chatt atau terkadang sms gue, dia pion loe lewat gue, sampai akhirnya gue bilang loe udah punya cowok, dia bilang ke gue kalo dia mau ngubah sifatnya. Asal gue mau bantu dia. Gue mau bantu dia, dia mau gue ngejelek-jelikin kak Rio di depan Mami dan Papi, dan... setelah Mami sama Papi mulai nggak senang sama Kak Rio, gue kasih kabar ke dia.” Ify termenung mendengarkan kata-kata Cakka.
“Apa jaminan dia buat loe ngelakuin itu semua?” tanya Ify dengan pandangan nanar.
“Dia janji bakal balik ke Indonesia, dan juga nggak bakal lagi ngecewain loe!”
“Itu sebabnya waktu itu loe bilang, ‘Jangan loe sia-siain kak Alvin yang udah rela pindah kuliah kesini, Cuma untuk nebus kesalahannya’ hm? Terus yang ada di hadapan kita ini apa jawabannya? Busuk!”Cakka sudah benar-benar nggak sanggup lagi menatap mata kakaknya yang penuh amarah itu, ia lebih memilih menunduk, Cakka memang jagoan jika sedang bersama teman-temannya, tapi akan ciut jika berhadapan dengan kedua orang tuanya dan juga kakak perempunnya ini.Ify tersadar, nggak semuanya salah Cakka. Ia kasian melihat Cakka jika sedang seperti ini, mungkin niat Cakka baik dia ingin Kakaknya bahagia, tapi cara Cakka salah jika seperti itu.
“Kka... maafin gue, loe nggak sepenuhhnya salah, kakak mau maafin loe... tapi please loe harus klarifikasi ini ke Mami dan Papi, Kakak takut kalo mereka menganggap Rio yang bukan-bukan.” Suara Ify melembut. Membuat Cakka berani lagi menatap Kakaknya.
“Gue janji Kak, apa pun yang loe pinta gue bakal lakuin! Terlebih menyangkut masalah ini. Apa loe mau gue tinju muka si Alvin itu?” Cakka sudah mengambil ancang-ancang berdiri namun di tahan oleh Ify.
“Kka kka kka, jangan! masalah ini nggak bakal selesai kalo caranya begitu, main kekerasan. Nggak perlu Kka! Yang penting gue udah tau sifat dia itu nggak akan bisa berubah!” Ify melirik sinis kerah Alvin dan Cewek itu.
“Fy, Kka..” Suara itu... suara yang familiar di telinga Ify dan Cakka. Rio! Keduanya pun menoleh.
“Eh, Rio..” Ify terlihat canggung, sudah lama ia tak mendengar suara cowok ini.
“Kak Rio, duduk Kak!” respon Cakka. Rio pun mengerutkan kening.
“Acaranya lima belas menit lagi,” sahut Rio setelah duduk di samping Ify, Rio nampak gagah dengan kemeja hitam lengan panjangnya yang sedikit di singsing hingg siku,serta wangi aroma parfumnya yang menguar.
“Feeling gue Kak!” Rio bingung apa maksud Cakka, tapi dia tidak memperdulikan, ia pikir itu omongan ngelantur yang lebih tepatnya ‘menyinggung’ Rio. Perhatian Rio beralih pada ‘mantan’ tersayangnya.
“Fy, mata loe kok sembab sih?” Raut khawatir yang dulu selalu di rasakan Ify dari sosok Rio kini hadir lagi. Ify hanya menggeleng.
“Kka, Ify kenapa? Alvin mana?” Cakka melirik ke arah meja nomor 12.kekagetan merajai tubuh Rio. Rio memang nggak pernah ketemu Alvin langsung apalagi sampai ngobrol, tapi Rio sering liat Alvin menjemput Ify. Namun yang membuatnya kaget pasti... cewek di depan Alvin!
“Sebentar,” Rio berdiri, sepertinya ingin menuju meja itu. Namun sama halnya seperti Cakka, Ify melarangnya.
“Jangan Yo, biarkan.. biarkan dia! Mungkin dia nggak bisa ngilangin sifat buruknya itu. Lebih baik, kita biarkan keburukkannya itu berkembang, aku sudah muak sama dia!” Ify mengeluarkan lagi butiran hangat dari matanya Rio kembali duduk dan menghadap ke arah Ify, tangannya bergerak menelusuri sungai kecil di pipi Ify itu.
“Jangan nangis karena dia, menangislah karena diri kamu sendiri.”
“Hiks... iya Yo, aku tau ini semua murni kesalahan aku, aku terlalu cepat percaya sama dia! Aku nyesal telah melepas kamu demi orang kayak dia.... maafin aku Yo,” Ify menangis di dalam rengkuhan Rio, Cakka hanya menopang dagu dengan tangannya yang terlipat di atas meja, ‘semoga kak Ify jalan lagi sama Kak Rio, dan gue akan tebus semua kesalahan gue dengan mengklarifikasi perkataan gue ke Mami Papi, gue yakin hidup kalian bahagia.’ Batin Cakka sambil tersenyum.Rio melepaskan rengkuhannya, begitupun Ify. Alvin benar-benar tidak melirik sedikitpun ke arah meja nomor 06, meja Ify, Cakka dan Rio. Sampai Akhirnya Alvin menggandeng cewek itu dengan mesra menuju pintu keluar cafe RFM.
“Fy... aku tau dari Iyel, beberapa hari lalu, bahwa cowok yang sering jalan sama kamu itu, adalah tunangan temennya yang kalo aku nggak salah, namanya... Shilla, kemungkinan besar itu tadi yang sama Alvin adalah Shilla.” Kata Rio, ia teringat perkataan Iyel.
“Tunangan?” ceplos Cakka,
“Hm...” sahut Rio.
“Sumpah, kedatangan Alvin dan Shilla nggak termasuk itungan acara yang mau aku bikin khusus untuk kamu Fy, bahkan aku kira malah kamu ngajak Alvin?” sambung Rio.
“Awalnya, aku memang ngira kalo ini termasuk bagian dari acara yang kamu buat, tapi setelah kamu jelasin kayak tadi, aku jadi yakin bahwa ini nggak ada sangkut pautnya dengan acara kamu. Mm... terus, apa sebenarnya acara yang kamu buat itu?” tutur Ify.
“Lima menit, setelah lampu Cafe ini padam.” Ujar Rio sambil menjunjukkan kelima jari tangan kanannya.
“Apaan sih? Gue jadi ikut penasaran nih.” Goda Cakka. Ify salting sementara Rio tersenyum miris, seiring dengan hatinya.
“Aku kebelakang dulu ya!” Ify dan Cakka mengangguk. Rio berdiri namun baru selangkah ia membalikkan dirinya lagi. Sedikit membungkkuk untuk menyamakan posisinya pada Ify yang masih duduk dan mendekatkan bibirnya ke telinga Ify.
“Satu hal yang kamu harus tau,” Bisik Rio. Suaranya semakin lirih dan kecil.
“Aku akan tetap sama pendirianku. Simak baik-baik suprise dari aku.” Rio terdiam, ia memejamkan matanya seperti tidak rela dengan kata-katanya sendiri barusan. Selintas ingatan beberapa bulan lalu dirasakan oleh Ify, tapi cewek ini bersikeras untuk tidak mengingatnya.Rio kembali keposisi tegak, di hampirinya Cakka,
“Kka! Titip Kakak loe ya! Jangan sampai dia kemana-mana saat acara gue berlangsung! Oke!” Rio dan Cakka saling tos, Ify tersenyum. Lalu Rio benar-benar pergi melangkah.
“ekhem, apa yang bakal di kasih kak Rio buat loe kak?” Cakka menaik turunkan alisnya, menggoda!
“Paan sih loe...” Ify salting.
“Jangan jangan... loe mau di tembak Kak Rio lagi! Hehe...”Ify tidak yakin dengan kata-kata Cakka barusan, apalagi ketika beberapa saat ia mendapat peringatan dari Rio. namun dari dalam lubuk hati Ify yang tedalam ia mengamini kata-kata Cakka juga.
Glek! Lampu padam, lima menit berjalan... intro sebuah lagu terdengar dari sudut Cafe, sebuah Band yang Ify tidak kenal siapa personilnya, kecuali yang berada di paling depan, tepat di depan mikropon. Rio!Gadis itu ingat, dia harus mengamati ‘acara’ khusus untuknya itu. Saat itu juga Ify berdiri, Cakka memilih untuk berdiri di samping Ify agar ia juga bisa melihat dengan jelas aksi panggung Rio tersebut, pasalnya tadi ia duduk di hadapan Ify dan membelakangi panggung.
“Kau membuat diri ini....
Hancur tiada terkiraa....Kau membuat ku luka....”Suara Rio yang merdu itu tidak hanya di dengar oleh Ify dan Cakka, tapi para pengunjung Cafe. Semua menoleh ke arah Rio dan anggota dalam band tersebut, pop melankolis itu seketika membuat Cafe menjadi hening, kecuali suara merdu Rio yang berpadu dengan Gitar,Bass, serta Drum.
“Dirimu yang slama ini...Selalu aku banggakan...Tenyata kau... menduaaaa!!!!”Ify tersentak! Lagu itu untuknya... untuknya! Rio bernyanyi dengan penghayatan yang luar biasa, Ify yang notabene bukan cewek tegar, langsung kembali menangis terisak. Adikknya Cakka, yang memang lebih tinggi sedikit dari Ify, langsung merangkul kakaknya itu. Cakka tidak menyangka, ‘bukan ini yang gua pengin!’ batin Cakka.
“Dan Jiiikaaa... dia lebih daaaariiiku...Lebih baik untuk...mu....Ku bisa terima..”
Rio menatap Ify dari atas panggung, sebenarnya dia tak tega melihat Ify terpuruk seperti ini, setelah apa yang menimpanya satu jam lalu, saat ia melihat cowok pilihannya bersama dengan cewek lain dan sekarang Rio menyanyikan lagu yang benar-benar ia buat khusus untuk Ify. Ia tau pasti apa yang di rasakan Ify saat ini, sama seperti dirinya dulu, hati serasa pecah berhamburan. Bukan Rio balas dendam, tapi ini memang sudah takdirnya... bulan depan, ia akan dijodohkan dengan perempun desa pilihan ibunya. Rio tidak bisa menolak. Lagipula Rio adalah cowok yang tetap pada pendiriannya. Apa yang dikatakannya dulu pada Ify, sama dengan apa yang dikatakannya sekarang lewat lantunan lagu.
“Tapi biiilaa..Kau tak temukan bahagya...Kau harus bisa teri..ma..
Jangan kembali...”Cewek yang berada di rangkulan adiknya itu, kini menelungkupkan wajahnya ke bahu sang adik, sang adik pun memeluk kakaknya.
“Jangan sesali...... hoo ooow..Jangan kembali...”
-THE END-